6 Sinar yang jatuh pada permukaan benda yang datar, halus, dan mengkilap, maka terjadi . a. pemantulan difus c. pemantulan teratur b. pemantulan baur d. pemantulan balik 7. Bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar disebut . a. bayang semu c. bayangan sejati b. bayangan nyata d. bayangan pantulan 8. PembiasanCahaya pada Prisma Top of Form Search Bottom of Form >>> Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, 2 Sinar matahari direfleksikan atau dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batang atau prisma di awan cirrus. 3. Sinar matahari menjadi pecah ke dalam beberapa warna akibat efek dispersi udara 4. Pecahan sinar matahari kemudian dipantulkan ke arah tertentu di sekitar matahari dan menjadi cincin cahaya di sekitar matahari. Terjadilah halo PembiasanCahaya pada kaca plan paralel dan prisma Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua Padabahasan kali ini, penulis akan mencoba membahas keadaan dan perkembangan hukum Islam pada masa tabi’in khususnya pada masa dinasti umayyah yang mempunyai masa pemerintahan lebih kurang 91 tahun. Mengenai sumber-sumber hukum serta pemikiran-pemikiran yang timbul dari sekte-sekte yang timbul pada masa ini dan yang terkait Hukumpembiasan pertama kali dinyatakan oleh Willebrord Snellius, ahli Fisika kebangsaan Belanda pada tahun 1621. Snellius melakukan eksperimen dengan melewatkan seberkas sinar pada balok kaca. Pembiasan cahaya melibatkan sudut yang sinar datang dan sinar dibiaskan dan garis normal pada bidang batas antara dua medium. . College Loan Consolidation Monday, September 8th, 2014 - Kelas XII Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Marilah kita mempelajari fenomena yang terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti halnya terjadinya sudut deviasi dan dispersi Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma Gambar diatas menggambarkan seberkas cahaya yang melewati sebuah prisma. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar. Untuk segiempat AFBE, maka β + ∠AFB = 180o Pada segitiga AFB, r1 + i2 + ∠AFB = 180o, sehingga diperoleh β + ∠AFB = r1 + i2 + ∠ AFB β = r1 + i2 Pada segitiga ABC, terdapat hubungan ∠ABC + ∠BCA +∠CAB = 180o, di mana ∠ABC = r2 – i2 dan ∠CAB = i1 – r1, sehingga ∠BCA + r2 – i2 + i1 – r1 = 180o ∠BCA = 180o + r1 + i2 – i1 + r2 Besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut. D = 180o – ∠BCA = 180o – {180o + r1 + i2 – i1 + r2} = i1 + r2 – i2 + r1 D = i1 + r2 – β Keterangan D = sudut deviasi i1 = sudut datang pada prisma r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma β = sudut pembias prisma Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum Dm jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga berlaku i1 = r2 = i dengan i = sudut datang cahaya ke prisma dan i2 = r1 = r dengan r = sudut bias cahaya memasuki prisma. Karena β = i2 + r1 = 2r atau r = β dengan demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan D = i1 + r2 – β = 2i – β atau i = Dm + β Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku dengan n1 = indeks bias medium di sekitar prisma n2 = indeks bias prisma β = sudut pembias prisma Dm = sudut deviasi minimum prisma Untuk sudut pembias prisma kecil β≤ 15o, maka berlaku sin β + Dm = β + Dm dan sin β = β. Sehingga besarnya sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1 dan indeks bias prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku Dm = n – 1 β You are here Home / rumus fisika / Pembiasan Cahaya pada Prisma + SoalPembiasan Cahaya pada Prisma – Apa itu prisma? Dalam optik fisika ada yang namanya prisma. Ia adalah salah satu alat optik berupa benda transparan bening terbuat dari bahan gelas atau kaca yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu. Sudut diantara dua bidang tersebut disebut sudut pembias sedangkan dua bidang pembatas disebut bidang pembias. Alat optik prisma digunakan untuk analisis pembiasan, pemisahan, maupun pemantulan cahaya. Benda optik ini dapat memisahkan cahaya putih menjadi cahaya warna-warni warna pelangi yang menyusunnya yang sering disebut dengan spektrum. Prisma banyak digunakan dalam instrumen stereoskopik dengan memanfaatkan pembiasan cahaya pada prisma untuk memberikan efek tiga dimensi dalam visualisasi grafis. Saat di SMA sobat pasti pernah melakukan percobaan pembiasan cahaya pada prisma. Dalam praktikum tersebut biasanya sobat diminta menentukan berapakah sudut deviasi dan indeks bias prisma. Berikut rangkuman yang rumushitung buat semoga bisa membantu pemahaman sobat sehingga tidak akaan kesulitan ketika praktikum maupun mengerjakan soal pembiasan cahaya pada prisma. Pembiasan Cahaya pada Prisma Jalannya sinar pada peristiwa pembiasan cahaya pada prisma ditunjukkan oleh gambar berikut θ1 adalah sudut datang pertama θ2 adalah sudut bias pertama θ3 adalah sudut datang kedua θ4 sudut bias terakhir β sudut pembias prisma δ delta adalah sudut deviasi yang dimaksud sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan cahaya yang masuk pada prisma dengan cahaya yang meninggalkan prisma. Pada setiap deviasi berlaku rumus θ2 + θ3 = βθ1 + θ4 = δ + β Deviasi Minimum δ min Deviasi mimimum dicapai apabila sudut datang pertama sama dengan sudut bias akhir yaitu θ1 = θ4 sehingga dari rumus diatas berlaku persamaan rumus deviasi minimum θ1 = θ4 ⇒ 2θ1 = 2θ4 = δmin + β karena θ1 = θ4 maka θ2 + θ3 = 2θ2 = 2θ3 = β jika indes bias prima = np dan indeks bias medium udara = nm berlaku rumus jika β ≤ 10o, maka berlaku Contoh Soal Pembiasan Cahaya pada Prima 1. Sebuah prisma kaca berada di ruangan terbuka. Para prisma itu datang seberkas sindar dengan sudut datan 45o dan sudut pembias prisma 60o. Jika terjadi deviasi minimum, berapa indeks bias prima tersebut? Pembahasan Diketahui θ1 = 45o β = 60o Ditanyakan berapakah indeks bias prisma np? pada deviasi minimum berlaku 2θ1 = δmin + β δmin = 2θ1 – β δmin = 245o – 60o δmin = 30o setelah menemukan sudut deviasi minimu kita dapat mencari indeks bias prisma dengan persamaan karena prisma berada di ruangan terbuka maka indeks bias medium nm sama dengan indeks bias udara =1 sin 1/2 60o+30o = np/1. sin 1/ sin 45 = np/1 sin 30 np = sin 45o / sin 30o np = 0,5√2 / 0,5 = √2 Demikian tadi sobat, sedikit rangkuman tentang pembiasan cahaya pada prisma berikut rumusnya. Semoga bisa membantu belajar. Semangat. 😀 Reader Interactions Jalannya sinar pada peristiwa pembiasan cahaya mengikuti Hukum pembiasan Snellius sebagai berikut. - Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. - Sinar yang datang tegak lurus bidang batas akan diteruskan tanpa dibelokkan. - Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal. Dilihat dari pilihan jawaban yang ada - Kaca lebih rapat daripada air. - Air lebih rapat daripada udara. - Es lebih rapat daripada udara. Jadi, jawaban yang tepat adalah C. Ketika kalian memasukkan sebagian pensil atau sedotan ke dalam gelas yang berisi air jernih, pensil atau sedotan tersebut seolah-olah membengkok pada titik batas udara dan air. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentunya kalian sudah mempelajari materi tentang sifat-sifat cahaya bukan? Ketika cahaya mengenai benda yang tidak tembus cahaya bukan benda bening maka cahaya tersebut akan dipancarkan kembali ke arah tertentu baik secara teratur maupun tidak teratur. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai pemantulan cahaya. Apabila cahaya mengenai benda yang tembus cahaya benda bening seperti air atau kaca, maka arah rambat cahaya akan dibelokkan ke arah tertentu. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai pembiasan cahaya atau refraksi. Lalu tahukah kalian apa itu pembiasan cahaya? Dan apa saja contoh fenomena pembiasan cahaya yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan kalian simak penjelasan berikut ini. Pengertian Pembiasan Cahaya Sebagai gelombang elektromagnetik, cahaya akan dipantulkan atau dibiaskan saat melewati bidang batas antara dua medium. Ketika cahaya dari udara melewati bidang batas antara air dan udara, maka sebagian kecil dari cahaya akan dipantulkan dan sisanya akan diteruskan. Karena terdapat perbedaan kerapatan optik antara udara dan air, maka arah berkas cahaya yang datang dari udara tidak akan sama dengan arah berkas cahaya di dalam air. Karena hal tersebut, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa ini disebut dengan pembiasan cahaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pembiasan atau difraksi cahaya adalah adalah peristiwa pembelokan arah cahaya ketika melewati bidang batas antara dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya terjadi akibat kecapatan cahaya berbeda pada setiap medium. Ada dua syarat terjadinya proses pembiasan cahaya, yaitu Cahaya merambat melalui dua medium yang memiliki perbedaan kerapatan optik, misalnya udara dengan air, udara dengan kaca, air dengan kaca, dan sebagainya. Cahaya yang datang harus miring pada batas dua medium, karena jika tegak lurus maka tidak akan mengalami proses pembiasan. Cahaya yang datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat ex. kaca ke udara harus menghasilkan sudut bias lebih kecil dari 90°. Hal ini karena jika sinar bias sama dengan 90° maka cahaya tidak akan memasuki medium kedua. Sedangkan jika sudut bias lebih besar dari 90° maka akan terjadi peristiwa pemantulan sempurna. Yang dimaksud dengan kerapatan optik di sini adalah sifat dari medium tembus cahaya zat optik dalam melewatkan cahaya. Kerapatan optik yang berbeda pada dua medium akan menyebabkan cepat rambat cahaya pada kedua medium tersebut berbeda. Perbadingan antara cepat rambat cahaya pada medium 1 dan medium 2 disebut indeks bias. Jika medium 1 adalah ruang hampa, maka perbandingan antara cepat rambat cahaya di ruang hampa dan di sebuah medium disebut indeks bias mutlak medium tersebut. Secara matematis, rumus indeks bias mutlak dituliskan sebagai berikut. Dengan n = indeks bias mutlak medium c = cepat rambat cahaya di ruang hampa 3 × 108 m/s v = cepat rambat cahaya pada medium. Baca Pengertian, Macam-Macam dan Rumus Indeks Bias serta Contoh Soal dan Pembahasan Berikut ini adalah beberapa contoh indeks bias mutlak beberapa medium yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel Indeks Bias Mutlak Berbagai Medium Medium Indeks Bias Ruang hampa 1,0000 Udara 1,0003 Air 1,3300 Gliserin 1,4700 Kaca kerona 1,5200 Kristal kuarsa 1,5400 Kaca flinta 1,6200 Batu nilam 1,7600 Intan 2,4200 Cara Menggambarkan Arah Pembiasan Cahaya Peristiwa pembiasan cahaya dapat digambarkan dalam bentuk diagram. Misalnya, kita akan melukiskan proses pembiasan cahaya dari medium udara ke medium air. Sebelum membuat diagramnya, kita tentukan dahulu perbandingan indeks bias mutlak antara medium udara dengan medium air, yaitu sebagai berikut. Indeks bias udara = 1 Indeks bias air = 1,33 = 133/100 = 11/3 = 4/3 Dengan demikian, perbandingan indeks bias udara dan air adalah n udara n air 1 4/3 3 4 Langkah-langkah melukiskan diagram arah pembiasan cahaya adalah sebagai berikut. Langkah pertama, Gambar garis yang mewakili bidang batas, misalnya garis XY. Kemudian gambar garis yang mewakili garis normal yang tegak lurus dengan garis bidang batas, misalnya garis AB. Kemudian titik potong kedua garis tersebut kita beri nama titik O seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Langkah kedua, gambarkan dua buah lingkaran dengan titik pusat O dengan perbandingan jari-jari 3 4 sesuai dengan perbandingan indeks bias medium seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Langkah ketiga, Gambarkan sinar datang P dengan sudut datang i, misalnya 30°. Kemudian teruskan sinar PO hingga memotong lingkaran kecil di titik Q. Lalu tarik garis putus-putus dari titik Q sejajar dengan garis normal AB hingga memotong lingkaran besar di titik R seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini. Langkah keempat, langkah terakhir adalah hubungkan titik O dan titik R dengan sebuah garis lurus. Garis lurus OR inilah yang menunjukkan sinar bias, di mana sudut yang dibentuk antara garis OR dengan garis normal AB merupakan sudut bias r seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Dari gambar terakhir ini nampak bahwa sinar yang datang dari medium kurang rapat udara menuju medium lebih rapat air dibelokkan mendekati garis normal. Lalu bagaimana jika sinar cahaya datang dari medium yang lebih rapat menuju ke medium kurang rapat? Sinar yang datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, misalnya dari kaca menuju air, akan dibiaskan menjauhi garis normal. Jika sinar datang yang mengenai suatu medium kurang rapat menghasilkan sinar bias dengan sudut 90°, berarti sinar bias bergerak sepanjang bidang batas dan tidak memasuki medium kedua. Sudut ini disebut sudut kritis. Perhatikan gambar berikut. Prinsip jalannya sinar dari satu medium ke medium lain pada pembiasan sama dengan pemantulan. Jadi, Hukum pembiasan cahaya dapat dituliskan sebagai berikut. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan ketiganya berpotongan di satu titik. Sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sinar datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal. Sinar datang tegak lurus batas dua medium, tidak dibiaskan melainkan diteruskan. Contoh Fenomena Pembiasan Cahaya dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Sedotan yang tercelup air sebagian tampak membengkok Sedotan atau pensil yang sebagian batangnya tercelup di dalam air akan tampak bengkok jika dilihat dari luar. Hal ini disebabkan cahaya datang dari udara kurang rapat menuju air lebih rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal. proses pembiasan cahaya berlangsung di dalam gelas. Sehingga jika dilihat dari luar gelas, batang sedotan tampak bengkok karena tidak berada di titik sebenarnya garis normal. Selain sedotan batang pensil, pulpen, spidol yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air juga akan terlihat bengkok jika dilihat dari luar gelas. 2. Dasar kolam tampak dangkal Dasar kolam akan terlihat dangkal jika dilihat dari darat. Hal ini disebabkan cahaya datang dari udara kurang rapat menuju air lebih rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal. Proses pembiasan cahaya berlangsung di dalam yang terlihat sebagai dasar kolam merupakan bayangan dasar kolam bukan sasar kolam yang sesungguhnya. 3. Berlian dan intan tampak berkilauan Cahaya yang masuk ke dalam intan maupun berlian mengalami beberapa kali proses pembiasan oleh permukaan intan maupun permukaan berlian tersebut. Hal ini disebabkan indeks bias intan yang besar yaitu dan sudut kritis intan kecil hanya 24°. 4. Bintang terlihat lebih dekat dari posisi sebenarnya Pada malam hari yang cerah kita dapat melihat ribuan bintang yang menghiasi langit. Bintang yang terlihat tampak lebih dekat dari bumi dari posisi sebenarnya. Hal ini disebabkan cahaya datang dari ruang hampa udara di ruang angkasa kurang rapat menuju atmosfer bumi lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal. Proses pembiasan cahaya berlangsung di atmosfer bintang di langit akan terlihat lebih dekat dari posisi sebenarnya jika dilihat dari bumi. 5. Terjadinya pelangi Jika hujan turun disertai panas biasanya akan terlihat pelangi. Terjadinya pelangi disebabkan dispersi cahaya matahari yang bersifat polikromatik menjadi cahaya monokromatik dibiaskan oleh tetesan air. Proses pembiasan ini berlangsung di dalam atmosfer. Cahaya matahari yang dibiaskan oleh tetesan air menyebabkan warna-warna cahaya matahari menjadi terpisah. Masing – masing warna dibiaskan dengan sudut bias yang berbeda sehingga masing – masing warna akan terpisah. Cahaya merah pertama dibiaskan karena frekuensi cahaya merah paling rendah dan memilki panjang gelombang paling besar di antara ketujuh warna pelangi. Sedangkan cahaya ungu menjadi yang terakhir dibiaskan karena frekuensi cahaya ungu paling tinggi dan gelombang cahaya ungu paling pendek. Pelangi biasanya terlihat pada pagi dan sore hari karena sudut antara bumi dan matahari masih rendah. Pelangi hanya akan terlihat jika posisi pengamat berada di belakang hujan dan matahari berada di belakang pengamat. Soal 1 Sebuah prisma berlian memiliki sudut puncak 600 . cahaya kuning datang pada salah satu sisi pembias dengan sudut datang 600. Berapa sudut deviasi prisma ? indeks bias berlian untuk cahaya kuning adalah √3. Solusi Sudut puncak prisma β = 600, sudut datang i1 = 600, indeks bias berlian n2 = √3, indeks bias medium n1 = 1 udara . Untuk menghitung sudut deviasi, δ, kita harus hitung sudut bias akhir r2 terlebih dahulu. Mari kita gunakan dahulu persamaan snellius pada bidang pembias 1 untuk menghitung sudut bias r1 lihat gambar . n1 sin i1 = n2 sin r1 sin r1 = n1 sin i1/n2 = 1 x sin 600/ √3 sin r1 = ½ ⟺ r1 = 300 Kemudian kita hitung i1 dengan persamaan Β = r1 + i1 ⟺ i1 = β – r1 = 600 – 300 i1 = 300 Gunakan kembali persamaan Snellius pada bidang pembias 2 untuk menghitung sudut akhir r2 lihat gambar. n2 sin i2 = n1 sin r2 sin r2 = n2 sin i2/n1 = √3 x sin 300/ 1 sin r1 = ½√3 ⟺ r1 = 600 Akhirnya sudut deviasi prisma, δ , dapat kita hitung dengan persamaan 3-1 δ = i1 + r2 – β = 600 + 600 – 600 = 600 Soal 2 Sebuah sinar jatuh pada sisi AB dari sebuah prisma segitiga ABC , masuk ke dalam prisma , dan kemudian menumbuk sis AC. Jika segitiga ABC sama sam sisi dan indeks bias bahan prisma adalah √2, tentukan sudut deviasi minimum prisma. Solusi Karena ABC sama sisi, maka sudut puncak β = 600. Indeks bias medium n1 = 1 udara. Karena β = 600 > 150, maka sudut deviasi minimum prisma dihitung dengan Persamaan Sin 1/2 δm + β = n2/n1 sin β/2 Sin 1/2 δm + 600 = √2/1 sin 600/2 Sin 1/2 δm + 600 = √2/1 sin 600/2 = ½√2 1/2 δm+ 600 = 450 δm + 600 = 900 ⟺ δm = 300 Soal 3 Suatu percobaan dilakukan untuk menentukan indeks bias suatu prisma, yang memiliki sudut puncak 100. Sinar monokromatis dijatuhkan pada salah satu sisi prisma dan sudut datangnya diatur sedemikian rupa sehingga sama dengan sudut bias sinar yang keluar dari sisi prisma lainnya. Pada saat itu diukur sudut deviasi prisma sama dengan 60. Berapa indeks bias bahan prisma yang diperoleh dari percobaan ini ?. Solusi Sudut puncak prisma β = 100. Ketika sudut datang pada sisi pertama sama dengan sudut bias pada sisi kedua berarti sudut deviasi yang diperoleh adalah sudut deviasi minimum, δm. Dengan demikian, δm = 60. Karena β = 100 < β = 150, maka indeks bias prisma n1 = 1 udara . δm = {n2/n1– 1}β ⟺ δm = n2 – 1β n2 – 1 = δm/β n2 = δm/β + 1 = 6/10 + 1 = 1,6 Soal 4 Di bawah ini adalah grafik hubungan sudut deviasi terhadap sudut datang i pada percobaan cahaya dengan prisma. Jiak prisma yang digunakan mempunyai sudut pembias 500, tentukan nilai x pada grafik. Solusi Dari grafik diperoleh bahwa deviasi minimum, δm = 300, adalah untuk sudut datang i1 = x. Secara umum, sudut deviasi, δ , dinyatakan dalam Persamaan δ = i1 + r2 – β Untuk deviasi minimum, haruslah r2 = i1 = x, sehingga δ = x + x – β X = δm + β/2; sudut pembias β = 500 = 300+ 500/2= 400 Soal 5 Mengapa cahaya Matahari yang melalui prisma mengalami dispersi penguraian cahaya? Solusi Cahaya Matahari memiliki spektrum yang terdiri dari tujuh komponen warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Indeks bias kaca bahan prisma untuk tiap warna adalah berbeda terbesar adalah sinar ungu dan terkecil adalah sinar merah. Oleh karena itu, di dalam prisma sinar ungu yang memiliki indeks bias terbesar dibelokan paling kuat dan sinar merah yang memiliki indeks bias terkecil dibelokkan paling lemah. Sinar-sinar lainnya berada di antara kedua sinar ini. Pembiasan tiap komponen sinar yang berbeda di dalam prisma menghasikan penguraian cahaya. Soal 6 Hitung sudut dispersi antara sinar merah dan ungu pada prisma dengan sudut puncak 150 ketika suatu cahaya putih datang pada prisma dengan sudut datang 120. Indeks bias kaca 1,64 untuk cahaya merah dan 1,66 untuk cahaya ungu. Solusi Sudut puncak prisma β = 150 dapat dianggap kecil. Karena β kecil, maka sudut dispersi x dapat dihitung dengan Persamaan Φ = nu – nmβ = 1,66 – 1,6415 = 0, 300 Soal 7 Sebuah prisma kaca flinta yang memiliki sudut pembias 8,00 digabung dengan sebuah prisma kaca kerona sehingga gabungan ini merupakan prisma akromatis untuk pasangan garis-garis Fraunchofer C dan F. Kaca nC nD nF Kerona 1,517 1,519 1,524 Finta 1,602 1,605 1,612 Gunakan informasi pada tabel untuk menentukan a Sudut pembias prisma kaca kerona, dan bDeviasi yang dihasilkan oleh prisma gabungan untuk garis D. Diskusikan berapa banyak angka penting yang dalam jawaban anda. Solusi Ini adalah soal tentang prisma akromatis untuk pasangan garis-garis C dan F. Dengan demikian, sudut dispersi kaca kerona dan kaca flinta untuk pasangan garis-garis C dan F haruslah sama agar sudut dispersi gabungan sama dengan nol. a Sudut dispersi untuk pasangan C dan F dihitung dengan Persamaan Flinta φ = nF – nCβ Kerona φ’= nF – nCβ’ φ’ = φ ⟺ nF – nCβ’ = nF – nCβ β’ =nF – nCβ /nF – nC =1,612 – 1,6028,0°/1,524 – 1,517 = 11° b Untuk menghitung sudut deviasi total prisma gabungan untuk garis D, kita hitung dahulu sudut deviasi tiap prisma untuk untuk garis D dengan Persamaan δ = {n2/n1 – 1}β = n-1β sebab n1 = 1 Flinta δgaris D = nD – 1β = 1,605 – 18,0° = 4,84° Kerona δgaris D = nD – 1 β’ = 1,519 – 111° = 5,17° Sudut deviasi total, δ_total adalah selisih dari deviasi kerona dan deviasi flinta. δtotal = δ garis D – δgaris D = 5,17° – 4,84° = 0,87°

arah pembiasan sinar pada prisma yang benar adalah